Rabu, 09 April 2014

Mega Setia Rani

Namanya Mega Setia Rani
Panggil dia Rani
Dia teman masa kecilku, hingga aku meninggalkannya. Sendiri
Dia gadis kecil seusiaku
Dia yang terkuat dan terhebat
Jago berkelahi dan pandai mengayuh sepeda besar punya bapaknya
Rani mengajarkanku naik sepeda, hingga mendorongku jatuh
Karena itu aku bisa naik sepeda
Tidak ada yang bisa mengalahkannya, sekalipun lawannya laki-laki
Rani yang pemberani
Tiap petualangan masa kecilku adalah karena adanya
Goresan luka di lengan dan kakiku pun akibatnya
Oh, bukan dia
Tapi aku yang tak sekuat dia
Dia suka kena marah ibunya karena pulang sore bersamaku
Dia suka kena marah ibunya karena 'tak dapat nilai seratus sepertiku
Ibunya, dan orang tua lain tak tau Rani tidak perlu nilai seratus untuk menjadi hebat
Tiap tawaku hanya karenanya
Anak kecil dengan Rani yang ia sebut sebagai sahabatnya
Teringat hingga kini dia yang sering menjahili teman-teman
Dengan kasar melempar sepatunya kearah anak yang menggangguku
Rani, sebut saja dia pahlawanku
Hingga pada saat itu datang
Tiba-tiba ibuku berkata, ibu Rani meninggal
Aku berlari menuju rumahnya
Aku duduk disampingnya, diam saja
Kutatap matanya yang lurus menatap jenazah ibunya
Tatapan kosong, tanpa air mata
Rani
Sejak saat itu jarang kulihat Rani disekolah
Kata bapaknya Rani ada di sawah dan 'tak mau sekolah
Saat itu datang lagi
Aku harus pergi ke kota
Aku pindah rumah, meninggalkannya
Aku berontak untuk tinggal, apa daya anak sepertiku
Hari terakhirku
Aku menemui Rani dan berkata "Rani belajar ya, sekolah Ran. Nanti aku sering kesini"
Sejak saat itu, aku tak mendengar kabar baik darinya
Yang ku tahu dari kabar angin, Rani sekarang tak menjadi perempuan lagi
Hingga detik ini
Siang hari saat angin berhembus di loteng
Adzan berkumandang dengan lantang
Aku masih memikirkannya, berharap dia baik-baik saja
Semoga pesan yang kuantar lewat angin ini sampai kepadanya


Pasuruan, 10 April 2014
pada pukul 12.27 pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar