12 Agustus 2012, kau berkata akan membuat kejutan untukku.
Tapi aku malah tertidur. Dan krtika aku terbangun kau tidur. Tapi ketika jam
dinding menunjukkan pukul 04.00, kau mengatakan bahwa engkau menyayangiku. Aku
sempat ragu, tetapi aku tak bisa membohongi perasaan, bahwa aku juga
menyayangimu. Dari situlah kaau dan aku memulai hubungan dengan apa adanya.
Entah kenapa perasaan ini semakin kuat setiap harinya. Caramu membuatku untuk
tertawa, suasana yang tak pernah membuatku bosan. Meskipun kita tak pernah
bertatap muka. Selang waktu berlalu, sekitar akhir Januari, aku mulai
mengetahui seseorang dari masa lalumu. Seperti perempuan yang lain, aku mulai
merasa cemburu melihat kenangan masa lalumu, meskipun kau bilang tak lagi
menyukainya.
Awal Februari , aku mulai merasa bahwa hubungan kita sudah
kasat mata, dan benar saja 26 Februari kau mengakhirinya. Aku tak bisa berbuat
apa-apa. Sangat susah menjabarkan bagaimana kesakitan ini menjalar. Aku
menangis, tapi tidak menggila. Malam itu aku memintamu untuk menemaniku. Daa
esoknya, kehampaan mulai menyelimuti.
Kujalani beberapa beberapa hari tanpamu. Disela dingin malam aku selalu mengingat kita, alhasil airmataku jatuh. Aku tidak pernah menyalahkanmu, karena aku yang masih kekanakan. Aku sadar.
Kujalani beberapa beberapa hari tanpamu. Disela dingin malam aku selalu mengingat kita, alhasil airmataku jatuh. Aku tidak pernah menyalahkanmu, karena aku yang masih kekanakan. Aku sadar.
Ketika adaa seseorang baru dala kehidupanku, selang 2 minggu
saja. Aku memutuskan untuk mengubur perasaanku padamu dan mencoba menjalani
hari dengannya. Aku tau tak adil baginya, tapi aku selalu berusaha melakukan
yang terbaik untukknya. Bersama dia, aku mulai melupakan sedikit tentangmu.
Dia yang periang, sama sperti aku. Tapi dia juga kekanakna, sepertiku. Taapi aku menghargainya. dia membuatku merasa bahwa akulah perempuan yang ditakdirkan untuknya. Dia menjagaaku tentu aku tau.
Dia yang periang, sama sperti aku. Tapi dia juga kekanakna, sepertiku. Taapi aku menghargainya. dia membuatku merasa bahwa akulah perempuan yang ditakdirkan untuknya. Dia menjagaaku tentu aku tau.
Sementara itu kau mulai dekat dengan seorang temanku. Kau
bercerita tentang kita. Taapi kedekatanmu masih membuatku cemburu. Entah apa
yang kalian bicarakan, tapi aku merasa kau mulai menyukainya.
Pernah disaat aku bersama dengan temanku itu, entah apa yang ada dalam pikiran kalian. Kau dan temanku saling berbicara di telepon dan aku ada disana. Aku menangis, dan masih karenamu.
Entah aapa yang kurasakan saat itu, marah? Tentu aku marah. Tetapi kau malah menyalahkanku dan akhirnya aku yang meminta maaf. Selalu aku. Aku sadar tak perlu seperti ini, dia teanku. Aku harus mempercayainya, dan kau, bukan lagi siapa-siapaku.
Pernah disaat aku bersama dengan temanku itu, entah apa yang ada dalam pikiran kalian. Kau dan temanku saling berbicara di telepon dan aku ada disana. Aku menangis, dan masih karenamu.
Entah aapa yang kurasakan saat itu, marah? Tentu aku marah. Tetapi kau malah menyalahkanku dan akhirnya aku yang meminta maaf. Selalu aku. Aku sadar tak perlu seperti ini, dia teanku. Aku harus mempercayainya, dan kau, bukan lagi siapa-siapaku.
Perasaanku mulai tumbuh kembali kepadamu, meskipun aku telah
bersamanya. Tapi kau juga kembali seperti dulu. Aku masih ingat bagaimana cara
yang kulakukan saat aku mengirimkan pesan kepadamu, padahal dia adaa
disampingku. Ah sungguh baajingaan diriku ini. Mungkin kau juga.
Sampai pada suatu saat kau menguak kembali kenangan-kenangan
kita. Disaat aku berpikir bahwa kau tak pernah peduli. Ternyata, kau peduli.
Kata-kata yang menyentuh, bagaimana kesakitan yang kau rasakan, aku baru
mengetahuinya.aa
Malam itu, 27 Maret aku menangis sejaadinya. Kau meneleponku, menemaniku hingga jatuh tertidur. Aku menyerah pahda perasaanku.
Malam itu, 27 Maret aku menangis sejaadinya. Kau meneleponku, menemaniku hingga jatuh tertidur. Aku menyerah pahda perasaanku.
Esoknya dengan mata sembab aku bersekolah, dan kulihat wajah
khawatirnya. Maaafkan aku, aku tak bisa jujur padanya. Pasti terlalu sakit
untuknya. Keesokan harinya dia mengetahui sebab dari sembabnya mataku, entah
darimana. Aku melihat raut marah diwajahnya, dan saat itu aku mulai benar-benar
bertekad melupakanmu.
Namun tidak bisa, entah kenaapa aku mulai ragu akan dia. Dia
mulai menjauh dan aku mengetahui satu rahasia tentangnya. Aku memutuskannya, 8
April.
Sejak saat itu aku bertambah dekat denganmu lagi.
Sejak saat itu aku bertambah dekat denganmu lagi.
Pertengahan April aku akan pergi ke kotamu untuk mengikuti
sebuah acara, namun karena beberapa alasan hal itu dibatalkan. Pada tanggal 27
April, malam sebelumnya temanku yang tadi memaksaku untuk menoton sebuah
pertunjukan di Taman Hiburan Rakyat. Aku tidak bisa pergi, karena berbagai
kemungkinan dan alasan. Tapi paginya dengan berat hati aku pergi, dan untuk
pertama kalinya aku membolos.
Masih menggunakan seragam aku naik bis dengan teman yang sempat aku benci. Duduk di kursi palin belakang. Tak ada sepintas pikiran untuk bertemu denganmu, karena 2 hari lalunya kita bertengkar. Temanku menyuuhku untuk menghubungimu, karena saat temanku mengajakmu kau bilang tidak bisa menemani dan hari itu ada ulangan. Dengan perasaan yang kutekan kuat-kuat aku menghubungimu dan membujukmu ikut, namun tiba-tiba ponselku ati. Ah selalu tak memihak. Aku putus asa.
Masih menggunakan seragam aku naik bis dengan teman yang sempat aku benci. Duduk di kursi palin belakang. Tak ada sepintas pikiran untuk bertemu denganmu, karena 2 hari lalunya kita bertengkar. Temanku menyuuhku untuk menghubungimu, karena saat temanku mengajakmu kau bilang tidak bisa menemani dan hari itu ada ulangan. Dengan perasaan yang kutekan kuat-kuat aku menghubungimu dan membujukmu ikut, namun tiba-tiba ponselku ati. Ah selalu tak memihak. Aku putus asa.
Tibalah aku ditempat pertunjukan, aku bertemu dengan
teman-teman komunitas yang ikut dalam pertunjukan, mereka satu kota denganku
dan kebetulan disana ada saudaraku. Mereka masih bersiap diri. Aku pergi ke
kamar madi, saat disitulah temanku bilang bahwa kau akan datang dan sudah di
perjalanan. Hatiku berkecamuk, senang, gugup, rasanya… entahlah. Kalian bisa
membayangkan bagaimana rasanya bertemu untuk pertama kalinya dengan seseorang
yang membuat kalian jatuh cinta. Kau menyuruh kami untuk menunggu di gerbang.
Aku sempat tak mau karena sangat gugup. Tapi pada akhirnya tetap saja aku
menunggumu di depan gerbang. Lama aku menunggu, sekitar 45 menit, dan selama
itu pula rasa gugup dan salah tingkahku menyeruak. Berkali-kali aku mendekati
jalanan untuk memastikan kau datang, tapi tak kunjung tiba . 4 gelas air
mineral habis kuteguk. Sungguh menyebalkan, dan saat aku kembali menengok kea
rah jalan. Temanku memanggil dan ternyata kau sudah ada disampingnya.
Kalian berjalan dulu, dan aku dibelakang. Sunggu sangat sussah untuk menetralkan tingkah ini. Setelah beberapa banyak langkah, aku pun mulai terbiasa.
~~~~~
Kalian berjalan dulu, dan aku dibelakang. Sunggu sangat sussah untuk menetralkan tingkah ini. Setelah beberapa banyak langkah, aku pun mulai terbiasa.
~~~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar